Kumpulan Karomah Sunan Ampel (Raden Rahmat)
Sunday, July 28, 2019
Add Comment
Sunan Ampel atau Raden Rahmat adalah Putra Maulana Malik Ibrahim (menantu Sultan Champa dan ipar Dwarawati). Dalam catatan Kronik Cina dari Klenteng Sam Po Kong, Sunan Ampel dikenal sebagai Bong Swi Hoo, cucu dari Haji Bong Tak Keng - seorang Tionghoa (suku Hui beragama Islam mazhab Hanafi) yang ditugaskan sebagai Pimpinan Komunitas Cina di Champa oleh Sam Po Bo.
Sedangkan Yang Mulia Ma Hong Fu - menantu Haji Bong Tak Keng ditempatkan sebagai duta besar Tiongkok di pusat kerajaan Majapahit, sedangkan Haji Gan En Cu juga telah ditugaskan sebagai kapten Cina di Tuban. Haji Gan En Cu kemudian menempatkan menantunya Bong Swi Hoo sebagai kapten Cina di Jiaotung (Bangil).
Sementara itu seorang putri dari Kyai Bantong (versi Babad Tanah Jawi) alias Syaikh Bantong (alias Tan Go Hwat menurut Purwaka Caruban Nagari) menikah dengan Prabu Brawijaya V (alias Bhre Kertabhumi) kemudian melahirkan Raden Fatah. Namun tidak diketahui apakah ada hubungan antara Ma Hong Fu dengan Kyai Bantong.
Dalam Serat Darmo Gandhul, Sunan Ampel disebut Sayyid Rahmad merupakankeponakan dari Putri Champa permaisuri Prabu Brawijaya yang merupakan seorang muslimah.
Raden Rahmat dan Raden Santri adalah anak Makhdum Ibrahim (putra Haji Bong Tak Keng), keturunan suku Hui dari Yunnan yang merupakan percampuran bangsa Han/Tionghoa dengan bangsa Arab dan Asia Tengah (Samarkand/Asmarakandi).
Raden Rahmat, Raden Santri dan Raden Burereh/Abu Hurairah (cucu raja Champa) pergi ke Majapahit mengunjungi bibi mereka bernama Dwarawati puteri raja Champa yang menjadi permaisuri raja Brawijaya. Raja Champa saat itu merupakan seorang muallaf. Raden Rahmat, Raden Santri dan Raden Burereh akhirnya tidak kembali ke negerinya karena Kerajaan Champa dihancurkan oleh Kerajaan Veit Nam.
Berikut ini adalah beberapa kisah tentang karomah yang telah dimiliki oleh Sunan Ampel :
Berjalan Di Atas Air
Saat diutus Raja Brawijaya V untuk membuka lahan perdikan (otonom) itu, Raden Rahmat berangkat dari Trowulan menyusuri Sungai Brantas menuju Ujung Galuh (Surabaya). Dalam perjalanan itu, dia berhenti di Sungai Kalimas. Nah di Sungai inilah beliau menunjukkan karomah yang dimilikinya. Beliau menyeberangi Sungai ini tanpa menggunakan perahu atau alat apapun. Beliau hanya menggunakan peralatan seadanya.
Peralatan ini berupa, kayu dan batang pohon pisang lalu dirangkai dengan tangannya sendiri. Beliau memanfaatkan sampan sederhana ini untuk menyeberang. Uniknya beliau tidak basah sedikitpun meski sampan yang digunakan sangat sederhana dan banyak kebocoran disana sini. Karomah Sunan Ampel ini membuat warga sekitar sungai penasaran siapakah gerangan orang sakti yang mampu menyeberangi sungai tanpa menggunakan perahu itu.
Setelah menyeberangi sunagi, Kanjeng Sunan memberitahukan kepada si laki-laki yang memberanikan diri menanyakan siapakah diri beliau sebenarnya. Beliau menyarankan kepadanya agar menggunakan akalnya dengan baik, agar memanfaatkan karunia yang diberikan oleh Allah Ta’ala dalam rangka ibadah kepada-Nya.
Kisah Ayam Jago
Dalam perjalanannya membuka lahan kosong menjadi sebuah pemukiman, Sunan Ampel bertemu dengan banyak warga yang masih belum beriman kepada ALLAH. Warga di sekitar daerah itu ternyata masih sangat abangan (pengetahuan agama nya sangat rendah). Saat itu warga sekitar banyak penjudi dan penganut kepercayaan animisme serta doyan dengan namanya sabung ayam.
Dari sini kembali karomah Sunan Ampelditunjukkan. Beliau ditantang oleh warga sekitar yang suka main judi untuk beradu ayam jago. Sunan Ampel pun selalu menang dalam pertarungan sabung ayam Karena ayam jago yang beliau miliki bukan ayam jago biasa. Terus menang dalam setiap pertandingan, membuat Sunan Ampel disegani oleh warga sekitar. Melihat kehebatan sang Sunan warga kemudian menyatakan taubat dan beriman kepada Allah.
Masjid Perahu Terbalik
Melihat kondisi masyarakat peneleh itu, Sunan Ampel memutuskan untuk mendirikan masjid. Tujuannya agar bisa merangkul mereka ke jalan yang lebih baik. Memang sejak kedatangan Raden Rahmatullah di desa Peneleh, beliau selalu melihat situasi di Peneleh hingga akhirnya menetap di sekitar Peneleh sekaligus mensyiarkan ketauhidan ajaran Allah.
Kehebatan Sabung Ayam yang ditunjukkan Sunan Ampel dengan karomah yang dimilikinya membuat warga semakin tunduk dan segan pada beliau. Kemudian, setiap hari masyarakat terus mengikuti dirinya. Seiring berjalannya waktu juga diajarkan tentang keimanan dan tata cara beribadah yang benar. Di tempat itu pula didirikan langgar atau surau untuk tempat ibadah.
Sunan Ampel mengajarkan tata cara beribadah yang benar. Termasuk meninggalkan kebiasaan berjudi dan sabung ayam. Jika dilihat dari atas, Masjid Jami Peneleh ini mirip seperti perahu terbalik yang menghadap ke arah barat. Maknanya, mengajak masyarakat untuk beribadah (salat) ke arah kiblat (Mekah).
Memanggil Mbah Soleh Yang Sudah Wafat Bisa Hidup Lagi
Mbah Sholeh memang sangat terkenal sebagai sosok yang biasa menjaga kebersihan. Hal itu banyak diakui teman sesama santri dan juga Sunan Ampel, gurunya sendiri.
Hingga suatu hari ajal datang menjemput Mbah Sholeh. Jasadnya kemudian dimakamkan di samping masjid. Sepeninggal Mbah Sholeh, Sunan Ampel tak juga menemukan sosok pengganti yang bisa serajin Mbah Sholeh. Masjid jadi kurang terurus dan kotor. Saat itulah Sunan Ampel tiba-tiba ingat dengan Mbah Sholeh dan bergumam dalam hari. "Kalau Mbah Sholeh masih ada, masjid pasti bersih," gumam Sunan Ampel.
Seketika itu tiba-tiba sosok serupa Mbah Sholeh muncul dan menjalankan rutinitas yang biasa dilakukan Mbah Sholeh, yakni membersihkan masjid. Tapi tak lama sosok itu meninggal lagi dan dimakamkan di samping makam Mbah Sholeh sebelumnya.
Peristiwa tersebut terulang hingga sembilan kali. Menurut cerita, Mbah Sholeh baru benar-benar meninggal setelah Sunan Ampel wafat. Setiap meninggal, Mbah Sholeh selalu dimakamkan di samping makam yang sebelumnya. Karena meninggal hingga 9 kali, maka makamnya yang ada di samping Masjid Ampel pun ada 9.
Wallohua'lam bisshowab
Sedangkan Yang Mulia Ma Hong Fu - menantu Haji Bong Tak Keng ditempatkan sebagai duta besar Tiongkok di pusat kerajaan Majapahit, sedangkan Haji Gan En Cu juga telah ditugaskan sebagai kapten Cina di Tuban. Haji Gan En Cu kemudian menempatkan menantunya Bong Swi Hoo sebagai kapten Cina di Jiaotung (Bangil).
Sementara itu seorang putri dari Kyai Bantong (versi Babad Tanah Jawi) alias Syaikh Bantong (alias Tan Go Hwat menurut Purwaka Caruban Nagari) menikah dengan Prabu Brawijaya V (alias Bhre Kertabhumi) kemudian melahirkan Raden Fatah. Namun tidak diketahui apakah ada hubungan antara Ma Hong Fu dengan Kyai Bantong.
Dalam Serat Darmo Gandhul, Sunan Ampel disebut Sayyid Rahmad merupakankeponakan dari Putri Champa permaisuri Prabu Brawijaya yang merupakan seorang muslimah.
Raden Rahmat dan Raden Santri adalah anak Makhdum Ibrahim (putra Haji Bong Tak Keng), keturunan suku Hui dari Yunnan yang merupakan percampuran bangsa Han/Tionghoa dengan bangsa Arab dan Asia Tengah (Samarkand/Asmarakandi).
Raden Rahmat, Raden Santri dan Raden Burereh/Abu Hurairah (cucu raja Champa) pergi ke Majapahit mengunjungi bibi mereka bernama Dwarawati puteri raja Champa yang menjadi permaisuri raja Brawijaya. Raja Champa saat itu merupakan seorang muallaf. Raden Rahmat, Raden Santri dan Raden Burereh akhirnya tidak kembali ke negerinya karena Kerajaan Champa dihancurkan oleh Kerajaan Veit Nam.
Berikut ini adalah beberapa kisah tentang karomah yang telah dimiliki oleh Sunan Ampel :
Berjalan Di Atas Air
Saat diutus Raja Brawijaya V untuk membuka lahan perdikan (otonom) itu, Raden Rahmat berangkat dari Trowulan menyusuri Sungai Brantas menuju Ujung Galuh (Surabaya). Dalam perjalanan itu, dia berhenti di Sungai Kalimas. Nah di Sungai inilah beliau menunjukkan karomah yang dimilikinya. Beliau menyeberangi Sungai ini tanpa menggunakan perahu atau alat apapun. Beliau hanya menggunakan peralatan seadanya.
Peralatan ini berupa, kayu dan batang pohon pisang lalu dirangkai dengan tangannya sendiri. Beliau memanfaatkan sampan sederhana ini untuk menyeberang. Uniknya beliau tidak basah sedikitpun meski sampan yang digunakan sangat sederhana dan banyak kebocoran disana sini. Karomah Sunan Ampel ini membuat warga sekitar sungai penasaran siapakah gerangan orang sakti yang mampu menyeberangi sungai tanpa menggunakan perahu itu.
Setelah menyeberangi sunagi, Kanjeng Sunan memberitahukan kepada si laki-laki yang memberanikan diri menanyakan siapakah diri beliau sebenarnya. Beliau menyarankan kepadanya agar menggunakan akalnya dengan baik, agar memanfaatkan karunia yang diberikan oleh Allah Ta’ala dalam rangka ibadah kepada-Nya.
Kisah Ayam Jago
Dalam perjalanannya membuka lahan kosong menjadi sebuah pemukiman, Sunan Ampel bertemu dengan banyak warga yang masih belum beriman kepada ALLAH. Warga di sekitar daerah itu ternyata masih sangat abangan (pengetahuan agama nya sangat rendah). Saat itu warga sekitar banyak penjudi dan penganut kepercayaan animisme serta doyan dengan namanya sabung ayam.
Dari sini kembali karomah Sunan Ampelditunjukkan. Beliau ditantang oleh warga sekitar yang suka main judi untuk beradu ayam jago. Sunan Ampel pun selalu menang dalam pertarungan sabung ayam Karena ayam jago yang beliau miliki bukan ayam jago biasa. Terus menang dalam setiap pertandingan, membuat Sunan Ampel disegani oleh warga sekitar. Melihat kehebatan sang Sunan warga kemudian menyatakan taubat dan beriman kepada Allah.
Masjid Perahu Terbalik
Melihat kondisi masyarakat peneleh itu, Sunan Ampel memutuskan untuk mendirikan masjid. Tujuannya agar bisa merangkul mereka ke jalan yang lebih baik. Memang sejak kedatangan Raden Rahmatullah di desa Peneleh, beliau selalu melihat situasi di Peneleh hingga akhirnya menetap di sekitar Peneleh sekaligus mensyiarkan ketauhidan ajaran Allah.
Kehebatan Sabung Ayam yang ditunjukkan Sunan Ampel dengan karomah yang dimilikinya membuat warga semakin tunduk dan segan pada beliau. Kemudian, setiap hari masyarakat terus mengikuti dirinya. Seiring berjalannya waktu juga diajarkan tentang keimanan dan tata cara beribadah yang benar. Di tempat itu pula didirikan langgar atau surau untuk tempat ibadah.
Sunan Ampel mengajarkan tata cara beribadah yang benar. Termasuk meninggalkan kebiasaan berjudi dan sabung ayam. Jika dilihat dari atas, Masjid Jami Peneleh ini mirip seperti perahu terbalik yang menghadap ke arah barat. Maknanya, mengajak masyarakat untuk beribadah (salat) ke arah kiblat (Mekah).
Memanggil Mbah Soleh Yang Sudah Wafat Bisa Hidup Lagi
Mbah Sholeh memang sangat terkenal sebagai sosok yang biasa menjaga kebersihan. Hal itu banyak diakui teman sesama santri dan juga Sunan Ampel, gurunya sendiri.
Hingga suatu hari ajal datang menjemput Mbah Sholeh. Jasadnya kemudian dimakamkan di samping masjid. Sepeninggal Mbah Sholeh, Sunan Ampel tak juga menemukan sosok pengganti yang bisa serajin Mbah Sholeh. Masjid jadi kurang terurus dan kotor. Saat itulah Sunan Ampel tiba-tiba ingat dengan Mbah Sholeh dan bergumam dalam hari. "Kalau Mbah Sholeh masih ada, masjid pasti bersih," gumam Sunan Ampel.
Seketika itu tiba-tiba sosok serupa Mbah Sholeh muncul dan menjalankan rutinitas yang biasa dilakukan Mbah Sholeh, yakni membersihkan masjid. Tapi tak lama sosok itu meninggal lagi dan dimakamkan di samping makam Mbah Sholeh sebelumnya.
Peristiwa tersebut terulang hingga sembilan kali. Menurut cerita, Mbah Sholeh baru benar-benar meninggal setelah Sunan Ampel wafat. Setiap meninggal, Mbah Sholeh selalu dimakamkan di samping makam yang sebelumnya. Karena meninggal hingga 9 kali, maka makamnya yang ada di samping Masjid Ampel pun ada 9.
Wallohua'lam bisshowab
0 Response to "Kumpulan Karomah Sunan Ampel (Raden Rahmat)"
Post a Comment