Kisah Riwayat Dan Asal Usul Dewa Yama dalam Ajaran Hindu
Monday, August 5, 2019
Add Comment
Dewa Yama adalah satu dari Dewa-dewa Hindu yang mengembara paling jauh ke dunia dibandingkan dengan dewa-dewa lainnya. Yamaraja memiliki tugas untuk mengadili jiwa-jiwa,menentukan apakah jiwa tersebut harus dijatuhi hukuman neraka atau di kirim ke sorga.
Dewa Yama menjatuhkan hukuman kepada para roh pendosa berdasarkan dosa-dosa yang telah mereka lakukan semasih hidup di dunia. Karena Yamaraja memiliki kemampuan dalam menentukan jenis hukuman yang dijatuhkan kepada para roh pendosa sesuai dengan aturan-aturan agama, maka Yamaraja juga dikenal dengan nama Dharmaraja. Alhasil, Yamaraja menjadi Dewa yang paling andal dalam hal mengadili para roh.
Meskipun bagi sebagian masyarakat penganut ilmu modern Dewa Yama dianggap sebagai tokoh khayalan belaka, namun berdasarkan catatan-catatan dalam sastra suci dan penyelidikan langsung oleh para orang suci, maka telah terbukti bahwa Dewa Yama memang benar-benar ada
Dalam purana-purana diceritakan bahwa Yamaraja adalah putera Dewa Matahari, Vivasvat. Ia juga memiliki saudara kembar perempuan bernama Yami atau Sungai Yamuna. Keduanya, Yama dan Yami disebutkan sebagai pasangan manusia pertama yang menjadi asal muasal dari ras manusia. Yama adalah orang pertama yang mengalami kematian dan juga yang pertama menuju alam kematian sehingga ia behasil menemukan dunia bawah.
Karena ia adalah orang yang tiba di dunia bawah tersebut, ia pun mendapatkan anugrah kekuatan untuk memimpin keseluruhan wilayah di dunia bawah tersebut dan mendapatkan jubah Dewa Kematian. Dalam menjalani perannya sebagai Dewa Kematian, Dewa yama bekerjasama dengan Sang Penghancur/Pelebur, Dewa Siva.
Dewa Yama menjatuhkan hukuman kepada roh pendosa dengan sangat adil dan bijaksana berdasarkan dosa-dosa yang mereka perbuat dalam kehidupan mereka di Bumi. Hukuman yang diberikan oleh Dewa Yamadapat berupa siksaan-siksaan yang terlihat sangat kejam, misalnya roh-roh pendosa dibakar dalam samudra minyak mendidih, dipukul tanpa henti dengan tulang bergerigi, dan lain-lain.
Yamaraja adalah Raja bagi para pitra dan bertempat tinggal di Pitraloka bersama para prajurit pribadinya, Yamaduta. Ia diberi kekuatan resmi sebagai hakim di bagian selatan (bagian bawah) alam semesta, yaitu di Patala. Lebih tepatnya, ia berdiam di Samyamani, sebelah selatan gunung Sumeru dengan dikelilingi oleh sabuk abadi yang bernama Sungai Vaitarani di depan pintu masuk planet kediamanYamaraja.
Menurut pengalaman para waskita dan juga merujuk pada catatan-catatan dalam kitab suci Hindu, Dewa Yama pada umunya muncul sebagai sosok yang menakutkan. Bagi para roh pendosa, yamaraja terlihat sebagai sosok hitam dengan tangan dan kaki yang sangat besar, bibir yang bergetar, mata yang cekung sedalam antariksa, dan rambut yang berupa kobaran api.
Namun, bagi para roh yang baik, Yamaraja akan mewujudkan diri sebagai sosok yang tampan menyerupai Wishnu dengan empat lengan dan sepasang mata yang indah. Namun pada umumnya, Yamaraja sering digambarkan sebagai sosok berwarna hijau dan berpakaian merah dengan mengendarai seekor kerbau. Tangannya memegang gada (Yamadunda) dan tali jerat untuk membebaskan roh dari badan wadagnya ketika sedang dalam proses kematian.
Yamaraja memiliki dua ekor anjing rakus, yang mana masing-masing dari anjing tersebut mempunyai empat mata dan lubang hidung yang sangat besar. Kedua anjing tersebut menjaga jalan di sekitar kediaman Dewa yama.
Disebutkan bahwa anjing-anjing Dewa Yama turut berkeliaran di antara manusia sebagai pembawa pesan kematian dengan mengirimkan seekor burung yang menandakan bahwa Dewa Yama akan segera datang.
Dewa Yama tinggal di dunia bawah, di kota Yamapura. Di kerajaan yang bernama Kalichi, ia tinggal bersama beberapa istrinya, yaitu Hemamala, Sushila dan Vijaya, dan beliau sendiri duduk diatas takhta pengadilan bernama Vicharabhu.
Dalam menjalankan tugasnya, Dewa Yama dibantu oleh penasehat dan tukang catat semua perbuatan manusia di bumi,Chitragupta. Ia juga didampingi oleh seorang ketua pelayan (Canda atau Mahacanda) dan seorang penjaga (Kalapurusha). Selain itu, ada pula Yavana sebagai pelayan Yamaraja dan para Yamaduta sebagai prajurit dan pembawa pesan.
Yamaraja dan para Yamaduta mengambil roh seseorang menuju ke tempat pengadilan.Setiba di kediaman Yamaraja, pintu pengadilan pun ditutup dan dijaga oleh seorang penjaga pintu bernama Vaidhyata. Lalu, Chitragupta, sang pencatat atau perekam semua perbuatan sang roh mulai membacakan catatannya dari buku besar bernama Agrasandhani.
Kemudian Yamaraja menentukan apakah roh tersebut akan dikirim ke tempat kediaman para pitri (pitriloka) atau ke salah satu dari ribuan planet neraka berdasarkan dosa yang diperbuatnya, atau juga akan dilahirkan kembali ke dunia dalam bentuk tubuh yang lain.
Yogi Sampurna memuji keagungan Yamaraja sebagai Dewa Kematian yang menjalankan tugasnya dengan dharma. Yamaraja memimpin dunia bawah bersama para prajurit dan pembantunya menjatuhi hukuman kepada para roh pendosa dengan seadil-adilnya, yang tujuannya adalah menyucikan roh-roh tersebut sehingga mereka dapat kembali ke jalan Tuhan.
Meskipun Yamaraja terkenal sebagai sosok yang menjadi terror bagi hampir semua orang yang takut menghadapi kematian, namun ternyata Dewa Kematian ini adalah juga Bhakta agung dari Tuhan, yaitu sebagi Mahajana dan Vaisnava. Dewa Yama yang gagah perkasa dan ditakuti ini tidak akan mampu berbuat apa-apa dihadapan para penyembah Tuhan, atau mereka yang teguh menginginkan pengetahuan tentang kesadaran atma dan wanita yang setia kepada suaminya.
Yamaraja melarang para prajuritnya mendekati dan ataupun menyentuh para Bhakta Tuhan yang walaupun karena suatu kesalahan atau dikaburkan oleh kebingungan dan ilusi pada suatu kesempatan melakukan perbuatan berdosa. Para Bhakta ini terlindungi dari reaksi dosa karena mereka selalu mengula-ulang nama suci Tuhan atau senantisa merenungkan-Nya.
Dewa Yama menjatuhkan hukuman kepada para roh pendosa berdasarkan dosa-dosa yang telah mereka lakukan semasih hidup di dunia. Karena Yamaraja memiliki kemampuan dalam menentukan jenis hukuman yang dijatuhkan kepada para roh pendosa sesuai dengan aturan-aturan agama, maka Yamaraja juga dikenal dengan nama Dharmaraja. Alhasil, Yamaraja menjadi Dewa yang paling andal dalam hal mengadili para roh.
Meskipun bagi sebagian masyarakat penganut ilmu modern Dewa Yama dianggap sebagai tokoh khayalan belaka, namun berdasarkan catatan-catatan dalam sastra suci dan penyelidikan langsung oleh para orang suci, maka telah terbukti bahwa Dewa Yama memang benar-benar ada
Dalam purana-purana diceritakan bahwa Yamaraja adalah putera Dewa Matahari, Vivasvat. Ia juga memiliki saudara kembar perempuan bernama Yami atau Sungai Yamuna. Keduanya, Yama dan Yami disebutkan sebagai pasangan manusia pertama yang menjadi asal muasal dari ras manusia. Yama adalah orang pertama yang mengalami kematian dan juga yang pertama menuju alam kematian sehingga ia behasil menemukan dunia bawah.
Karena ia adalah orang yang tiba di dunia bawah tersebut, ia pun mendapatkan anugrah kekuatan untuk memimpin keseluruhan wilayah di dunia bawah tersebut dan mendapatkan jubah Dewa Kematian. Dalam menjalani perannya sebagai Dewa Kematian, Dewa yama bekerjasama dengan Sang Penghancur/Pelebur, Dewa Siva.
Dewa Yama menjatuhkan hukuman kepada roh pendosa dengan sangat adil dan bijaksana berdasarkan dosa-dosa yang mereka perbuat dalam kehidupan mereka di Bumi. Hukuman yang diberikan oleh Dewa Yamadapat berupa siksaan-siksaan yang terlihat sangat kejam, misalnya roh-roh pendosa dibakar dalam samudra minyak mendidih, dipukul tanpa henti dengan tulang bergerigi, dan lain-lain.
Yamaraja adalah Raja bagi para pitra dan bertempat tinggal di Pitraloka bersama para prajurit pribadinya, Yamaduta. Ia diberi kekuatan resmi sebagai hakim di bagian selatan (bagian bawah) alam semesta, yaitu di Patala. Lebih tepatnya, ia berdiam di Samyamani, sebelah selatan gunung Sumeru dengan dikelilingi oleh sabuk abadi yang bernama Sungai Vaitarani di depan pintu masuk planet kediamanYamaraja.
GAMBARAN DEWA YAMA
Menurut pengalaman para waskita dan juga merujuk pada catatan-catatan dalam kitab suci Hindu, Dewa Yama pada umunya muncul sebagai sosok yang menakutkan. Bagi para roh pendosa, yamaraja terlihat sebagai sosok hitam dengan tangan dan kaki yang sangat besar, bibir yang bergetar, mata yang cekung sedalam antariksa, dan rambut yang berupa kobaran api.
Namun, bagi para roh yang baik, Yamaraja akan mewujudkan diri sebagai sosok yang tampan menyerupai Wishnu dengan empat lengan dan sepasang mata yang indah. Namun pada umumnya, Yamaraja sering digambarkan sebagai sosok berwarna hijau dan berpakaian merah dengan mengendarai seekor kerbau. Tangannya memegang gada (Yamadunda) dan tali jerat untuk membebaskan roh dari badan wadagnya ketika sedang dalam proses kematian.
Yamaraja memiliki dua ekor anjing rakus, yang mana masing-masing dari anjing tersebut mempunyai empat mata dan lubang hidung yang sangat besar. Kedua anjing tersebut menjaga jalan di sekitar kediaman Dewa yama.
Disebutkan bahwa anjing-anjing Dewa Yama turut berkeliaran di antara manusia sebagai pembawa pesan kematian dengan mengirimkan seekor burung yang menandakan bahwa Dewa Yama akan segera datang.
KEDIAMAN DEWA YAMA
Dewa Yama tinggal di dunia bawah, di kota Yamapura. Di kerajaan yang bernama Kalichi, ia tinggal bersama beberapa istrinya, yaitu Hemamala, Sushila dan Vijaya, dan beliau sendiri duduk diatas takhta pengadilan bernama Vicharabhu.
Dalam menjalankan tugasnya, Dewa Yama dibantu oleh penasehat dan tukang catat semua perbuatan manusia di bumi,Chitragupta. Ia juga didampingi oleh seorang ketua pelayan (Canda atau Mahacanda) dan seorang penjaga (Kalapurusha). Selain itu, ada pula Yavana sebagai pelayan Yamaraja dan para Yamaduta sebagai prajurit dan pembawa pesan.
PENGADILAN DI KEDIAMAN DEWA YAMA
Yamaraja dan para Yamaduta mengambil roh seseorang menuju ke tempat pengadilan.Setiba di kediaman Yamaraja, pintu pengadilan pun ditutup dan dijaga oleh seorang penjaga pintu bernama Vaidhyata. Lalu, Chitragupta, sang pencatat atau perekam semua perbuatan sang roh mulai membacakan catatannya dari buku besar bernama Agrasandhani.
Kemudian Yamaraja menentukan apakah roh tersebut akan dikirim ke tempat kediaman para pitri (pitriloka) atau ke salah satu dari ribuan planet neraka berdasarkan dosa yang diperbuatnya, atau juga akan dilahirkan kembali ke dunia dalam bentuk tubuh yang lain.
Yogi Sampurna memuji keagungan Yamaraja sebagai Dewa Kematian yang menjalankan tugasnya dengan dharma. Yamaraja memimpin dunia bawah bersama para prajurit dan pembantunya menjatuhi hukuman kepada para roh pendosa dengan seadil-adilnya, yang tujuannya adalah menyucikan roh-roh tersebut sehingga mereka dapat kembali ke jalan Tuhan.
Meskipun Yamaraja terkenal sebagai sosok yang menjadi terror bagi hampir semua orang yang takut menghadapi kematian, namun ternyata Dewa Kematian ini adalah juga Bhakta agung dari Tuhan, yaitu sebagi Mahajana dan Vaisnava. Dewa Yama yang gagah perkasa dan ditakuti ini tidak akan mampu berbuat apa-apa dihadapan para penyembah Tuhan, atau mereka yang teguh menginginkan pengetahuan tentang kesadaran atma dan wanita yang setia kepada suaminya.
Yamaraja melarang para prajuritnya mendekati dan ataupun menyentuh para Bhakta Tuhan yang walaupun karena suatu kesalahan atau dikaburkan oleh kebingungan dan ilusi pada suatu kesempatan melakukan perbuatan berdosa. Para Bhakta ini terlindungi dari reaksi dosa karena mereka selalu mengula-ulang nama suci Tuhan atau senantisa merenungkan-Nya.
0 Response to "Kisah Riwayat Dan Asal Usul Dewa Yama dalam Ajaran Hindu"
Post a Comment