Riwayat Asal Usul Anusapati, Raja Kedua Singasari
Thursday, July 18, 2019
Add Comment
Anusapati adalah raja kedua Kerajaan Tumapel (atau kemudian terkenal dengan nama Singhasari), yang memerintah pada tahun 1227 - 1248 (versi Nagarakretagama), atau 1247 - 1249 (versi Pararaton).
Menurut Pararaton, Anusapati adalah putra pasangan Tunggul Ametung dan Ken Dedes. Ayahnya dibunuh oleh Ken Arok sewaktu dirinya masih berada dalam kandungan. Ken Arok kemudian menikahi Ken Dedes dan mengambil alih jabatan Tunggul Ametungsebagai akuwu Tumapel. Kemudian pada tahun 1222 Ken Arok mengumumkan berdirinya Kerajaan Tumapel. Ia bahkan berhasil meruntuhkan Kerajaan Kadiri di bawah pemerintahan Kertajaya.
Anusapati yang telah tumbuh dewasa merasa kurang disayangi oleh Ken Arok dibanding saudara-saudaranya yang lain. Setelah mendesak ibunya (Ken Dedes), akhirnya ia pun mengetahui bahwa sesungguhnya ia merupakan anak kandung Tunggul Ametungyang mati dibunuh Ken Arok.
Anusapati juga berhasil mendapatkan keris buatan Mpu Gandring yang dulu digunakan Ken Arok untuk membunuh ayahnya. Dengan menggunakan keris itu, pembantu Anusapati yang berasal dari Desa Batil berhasil membunuh Ken Arok saat sedang makan malam, pada tahun saka 1168 (tahun 1247M). Anusapati ganti membunuh pembantunya tersebut untuk menghilangkan jejak. Kepada semua orang ia mengumumkan bahwa pembantunya telah gila dan mengamuk hingga menewaskan raja.
Sepeninggal Ken Arok, Anusapati naik takhta pada tahun saka 1170 (tahun 1248 M). Pemerintahannya dilanda kegelisahan karena cemas akan ancaman balas dendam anak-anak Ken Arok. Puri tempat tinggal Anusapati pun diberi pengawalan ketat, bahkan dikelilingi oleh parit dalam.
Meskipun demikian, Tohjaya putra Ken Arok dari selir bernama Ken Umang tidak kekurangan akal. Suatu hari ia mengajak Anusapati keluar mengadu ayam. Anusapati menurut tanpa curiga karena hal itu memang menjadi kegemarannya. Saat Anusapati asyik menyaksikan ayam bertarung, tiba-tiba Tohjaya menusuknya dengan menggunakan keris Mpu Gandring. Anusapati pun tewas seketika. Peristiwa itu terjadi pada tahun saka 1171 (tahun 1249 M).
Sepeninggal Anusapati, Tohjaya naik takhta. Namun pemerintahannya hanya berlangsung singkat karena ia kemudian tewas pada tahun saka 1172 (tahun 1250 M) akibat pemberontakan Ranggawuni putra Anusapati.
Sedangkan Menurut Nagarakretagama, Anusapati adalah putra dari Ranggah Rajasa Sang Girinathaputra, yaitu nama pendiri Kerajaan Tumapel. Dengan kata lain, ia adalah putra Ken Arok, karena Nagarakretagama tidak pernah menyebut adanya tokoh Tunggul Ametung.
Dikisahkan pula bahwa Bhatara Anusapati memerintah sejak tahun 1227 menggantikan ayahnya. Pemerintahannya berjalan tenang. Seluruh tanah Jawa aman dan tunduk kepadanya. Anusapati akhirnya meninggal tahun 1248 dan digantikan putranya yang bernama Wisnuwardhana (alias Ranggawuni).
Untuk menghormati arwah Anusapati didirikan candi di Kidal, di mana ia dipuja sebagai Siwa.
Nama Anusapati hanya terdapat dalam Pararaton dan Nagarakretagama. Naskah Pararaton ditulis ratusan tahun sesudah zaman Tumapel dan Majapahit. Sedangkan Nagarakretagama ditulis pada pertengahan masa kejayaan Majapahit (1365).
Dalam beberapa hal, uraian Nagarakretagamacenderung lebih dapat dipercaya daripada Pararaton, karena waktu penulisannya jauh lebih awal. Jika dalam Pararaton disebutkan Anusapati mati karena dibunuh Tohjaya, maka Nagarakretagama menulis Anusapati mati secara wajar.
Nama Anusapati memang tidak pernah dijumpai dalam prasasti apa pun, sedangkan nama Tohjaya ditemukan dalam prasasti Mula Malurung tahun 1255 (hanya selisih tujuh tahun setelah kematian Anusapati).
Dalam prasasti itu tokoh Tohjaya disebutkan menjadi raja Kadiri menggantikan adiknya yang bernama Guningbhaya. Jadi, pemberitaan Pararaton bahwa Tohjaya adalah raja Tumapel atau Singhasari adalah keliru.
Berdasarkan prasasti tersebut, tokoh Tohjayamungkin memang tidak pernah membunuh Anusapati sesuai pemberitaan Nagarakretagama. Jika Tohjaya benar-benar melakukan kudeta disertai pembunuhan, maka sasarannya pasti bukan terhadap Anusapati, melainkan terhadap Guningbhaya.
MEMBUNUH KEN AROK
Kisah pembunuhan ayahnya yang diceritakan dari mulut ibunya sendiri itu kemudian mematik dendam yang membara pada diri Anusapati, ia pun kemudian berhasil memperoleh Keris Empu Gandring yang dahulu dipergunakan Ken Arok untuk membunuh ayahnya.
Anusapati kemudian menyuruh seorang pelayan yang berasal dari desa Batil untuk membunuh Ken Arok dengan keris Empu Gandring, pembunuhan berlangsung ketika Ken Arok sedang makan malam. Setelah terbunuhnya Ken Arok di meja makan Istana, Anusapati kemudian merebut keris itu dan gantian membunuh sang pelayan. Perbuatan tersebut ia lakukan demi untuk menghilangkan jejak. Peristiwa ini terjadi pada 1247 Masehi.
KEMATIAN ANUSAPATI
Sepeninggal Ken Arok, Anusapati kemudian naik tahta, tapi lama kelamaan, anak Ken Arok dari Rahim selirnya yang bernama Ken Umang mengetahui bahwa dalang pembunuhan ayahnya adalah Anusapati. Meskipun Anusapati menutupnya rapa-rapat.
Pada suatu ketika, Toh Jaya anak Ken Arok mengajak Anusapati bermain Sabung Ayam, karena gemar dengan permainan ini Anusapati tidak sedikitpun merasa curiga, ia pun kemudian dibunuh oleh Toh Jaya, lagi-lagi pembunuhan tersebut dilakukan dengan Keris Empu Gandring. Tahun kewafatan Anusapati dikisahkan terjadi pada 1249. Sepeninggal Anusapati, Toh Jaya kemudian menjadi Raja Singsarai.
Berdasarkan kedua penjelasan kedua naskah di atas, dapatlah di pahami bahwa kisah Anusapati didalam Negarakertagama cenderung singkat sementara dalam Pararton dikisahkan panjang lebar. Selain itu dalam uraian kisah dari kedua nskah di atas dapat dipahami juga bahwa kisah didalam kedua naskah tersebut saling bertentangan.
Meskipun demikian pada akhirnya para Sejarawan merekonstruksi kisah Anuspati ini dari kedua sumber di atas, Para Sejarawan menduga bahwa Kisah Anusapati yang dikisahkan didalam Negara Kertagama adalah kisah yang membangga-banggakan Raden Wijaya [Pendiri Majapahit mengingat istri Raden Wijaya sendiri merupakan keturunan dari Ken Arok, sehingga kisah mengenai tragedi pembunuhan atau cacad dalam kisah nenek moyang Pendiri Majapahit itu dihilangkan.
Meskipun demikian, kisah dari Pararaton juga bertentangan dengan prasasti yang ditemukan, Sebagaimana yang terdapat dalam Prasasti Mula Malurung Tahun 1255 dalam prasasti ini Tohjaya yang isebutkan sebagai seorang yang membunuh Anusapati dalam Pararaton ternyata merupakan Raja Kediri, bukan Raja Tumapel/Singsari.
Menurut Pararaton, Anusapati adalah putra pasangan Tunggul Ametung dan Ken Dedes. Ayahnya dibunuh oleh Ken Arok sewaktu dirinya masih berada dalam kandungan. Ken Arok kemudian menikahi Ken Dedes dan mengambil alih jabatan Tunggul Ametungsebagai akuwu Tumapel. Kemudian pada tahun 1222 Ken Arok mengumumkan berdirinya Kerajaan Tumapel. Ia bahkan berhasil meruntuhkan Kerajaan Kadiri di bawah pemerintahan Kertajaya.
Anusapati yang telah tumbuh dewasa merasa kurang disayangi oleh Ken Arok dibanding saudara-saudaranya yang lain. Setelah mendesak ibunya (Ken Dedes), akhirnya ia pun mengetahui bahwa sesungguhnya ia merupakan anak kandung Tunggul Ametungyang mati dibunuh Ken Arok.
Anusapati juga berhasil mendapatkan keris buatan Mpu Gandring yang dulu digunakan Ken Arok untuk membunuh ayahnya. Dengan menggunakan keris itu, pembantu Anusapati yang berasal dari Desa Batil berhasil membunuh Ken Arok saat sedang makan malam, pada tahun saka 1168 (tahun 1247M). Anusapati ganti membunuh pembantunya tersebut untuk menghilangkan jejak. Kepada semua orang ia mengumumkan bahwa pembantunya telah gila dan mengamuk hingga menewaskan raja.
Sepeninggal Ken Arok, Anusapati naik takhta pada tahun saka 1170 (tahun 1248 M). Pemerintahannya dilanda kegelisahan karena cemas akan ancaman balas dendam anak-anak Ken Arok. Puri tempat tinggal Anusapati pun diberi pengawalan ketat, bahkan dikelilingi oleh parit dalam.
Meskipun demikian, Tohjaya putra Ken Arok dari selir bernama Ken Umang tidak kekurangan akal. Suatu hari ia mengajak Anusapati keluar mengadu ayam. Anusapati menurut tanpa curiga karena hal itu memang menjadi kegemarannya. Saat Anusapati asyik menyaksikan ayam bertarung, tiba-tiba Tohjaya menusuknya dengan menggunakan keris Mpu Gandring. Anusapati pun tewas seketika. Peristiwa itu terjadi pada tahun saka 1171 (tahun 1249 M).
Sepeninggal Anusapati, Tohjaya naik takhta. Namun pemerintahannya hanya berlangsung singkat karena ia kemudian tewas pada tahun saka 1172 (tahun 1250 M) akibat pemberontakan Ranggawuni putra Anusapati.
Sedangkan Menurut Nagarakretagama, Anusapati adalah putra dari Ranggah Rajasa Sang Girinathaputra, yaitu nama pendiri Kerajaan Tumapel. Dengan kata lain, ia adalah putra Ken Arok, karena Nagarakretagama tidak pernah menyebut adanya tokoh Tunggul Ametung.
Dikisahkan pula bahwa Bhatara Anusapati memerintah sejak tahun 1227 menggantikan ayahnya. Pemerintahannya berjalan tenang. Seluruh tanah Jawa aman dan tunduk kepadanya. Anusapati akhirnya meninggal tahun 1248 dan digantikan putranya yang bernama Wisnuwardhana (alias Ranggawuni).
Untuk menghormati arwah Anusapati didirikan candi di Kidal, di mana ia dipuja sebagai Siwa.
Nama Anusapati hanya terdapat dalam Pararaton dan Nagarakretagama. Naskah Pararaton ditulis ratusan tahun sesudah zaman Tumapel dan Majapahit. Sedangkan Nagarakretagama ditulis pada pertengahan masa kejayaan Majapahit (1365).
Dalam beberapa hal, uraian Nagarakretagamacenderung lebih dapat dipercaya daripada Pararaton, karena waktu penulisannya jauh lebih awal. Jika dalam Pararaton disebutkan Anusapati mati karena dibunuh Tohjaya, maka Nagarakretagama menulis Anusapati mati secara wajar.
Nama Anusapati memang tidak pernah dijumpai dalam prasasti apa pun, sedangkan nama Tohjaya ditemukan dalam prasasti Mula Malurung tahun 1255 (hanya selisih tujuh tahun setelah kematian Anusapati).
Dalam prasasti itu tokoh Tohjaya disebutkan menjadi raja Kadiri menggantikan adiknya yang bernama Guningbhaya. Jadi, pemberitaan Pararaton bahwa Tohjaya adalah raja Tumapel atau Singhasari adalah keliru.
Berdasarkan prasasti tersebut, tokoh Tohjayamungkin memang tidak pernah membunuh Anusapati sesuai pemberitaan Nagarakretagama. Jika Tohjaya benar-benar melakukan kudeta disertai pembunuhan, maka sasarannya pasti bukan terhadap Anusapati, melainkan terhadap Guningbhaya.
MEMBUNUH KEN AROK
Kisah pembunuhan ayahnya yang diceritakan dari mulut ibunya sendiri itu kemudian mematik dendam yang membara pada diri Anusapati, ia pun kemudian berhasil memperoleh Keris Empu Gandring yang dahulu dipergunakan Ken Arok untuk membunuh ayahnya.
Anusapati kemudian menyuruh seorang pelayan yang berasal dari desa Batil untuk membunuh Ken Arok dengan keris Empu Gandring, pembunuhan berlangsung ketika Ken Arok sedang makan malam. Setelah terbunuhnya Ken Arok di meja makan Istana, Anusapati kemudian merebut keris itu dan gantian membunuh sang pelayan. Perbuatan tersebut ia lakukan demi untuk menghilangkan jejak. Peristiwa ini terjadi pada 1247 Masehi.
KEMATIAN ANUSAPATI
Sepeninggal Ken Arok, Anusapati kemudian naik tahta, tapi lama kelamaan, anak Ken Arok dari Rahim selirnya yang bernama Ken Umang mengetahui bahwa dalang pembunuhan ayahnya adalah Anusapati. Meskipun Anusapati menutupnya rapa-rapat.
Pada suatu ketika, Toh Jaya anak Ken Arok mengajak Anusapati bermain Sabung Ayam, karena gemar dengan permainan ini Anusapati tidak sedikitpun merasa curiga, ia pun kemudian dibunuh oleh Toh Jaya, lagi-lagi pembunuhan tersebut dilakukan dengan Keris Empu Gandring. Tahun kewafatan Anusapati dikisahkan terjadi pada 1249. Sepeninggal Anusapati, Toh Jaya kemudian menjadi Raja Singsarai.
Berdasarkan kedua penjelasan kedua naskah di atas, dapatlah di pahami bahwa kisah Anusapati didalam Negarakertagama cenderung singkat sementara dalam Pararton dikisahkan panjang lebar. Selain itu dalam uraian kisah dari kedua nskah di atas dapat dipahami juga bahwa kisah didalam kedua naskah tersebut saling bertentangan.
Meskipun demikian pada akhirnya para Sejarawan merekonstruksi kisah Anuspati ini dari kedua sumber di atas, Para Sejarawan menduga bahwa Kisah Anusapati yang dikisahkan didalam Negara Kertagama adalah kisah yang membangga-banggakan Raden Wijaya [Pendiri Majapahit mengingat istri Raden Wijaya sendiri merupakan keturunan dari Ken Arok, sehingga kisah mengenai tragedi pembunuhan atau cacad dalam kisah nenek moyang Pendiri Majapahit itu dihilangkan.
Meskipun demikian, kisah dari Pararaton juga bertentangan dengan prasasti yang ditemukan, Sebagaimana yang terdapat dalam Prasasti Mula Malurung Tahun 1255 dalam prasasti ini Tohjaya yang isebutkan sebagai seorang yang membunuh Anusapati dalam Pararaton ternyata merupakan Raja Kediri, bukan Raja Tumapel/Singsari.
0 Response to "Riwayat Asal Usul Anusapati, Raja Kedua Singasari"
Post a Comment