Asal Usul Wayang Kulit, Kesenian Jawa Timur
Sunday, July 28, 2019
Add Comment
Wayang kulit adalah seni tradisional Indonesia yang terutama berkembang di Jawa. Wayang berasal dari kata 'Ma Hyang' yang artinya menuju kepada roh spiritual, dewa, atau Tuhan Yang Maha Esa. Ada juga yang mengartikan wayang adalah istilah bahasa Jawa yang bermakna 'bayangan', hal ini disebabkan karena penonton juga bisa menonton wayang dari belakang kelir atau hanya bayangannya saja.
Wayang kulit dimainkan oleh seorang dalang yang juga menjadi narator dialog tokoh-tokoh wayang, dengan diiringi oleh musik gamelan yang dimainkan sekelompok nayaga dan tembangyang dinyanyikan oleh para pesinden. Dalang memainkan wayang kulit di balik kelir, yaitu layar yang terbuat dari kain putih, sementara di belakangnya disorotkan lampu listrik atau lampu minyak (blencong), sehingga para penonton yang berada di sisi lain dari layar dapat melihat bayangan wayang yang jatuh ke kelir.
Untuk dapat memahami cerita wayang (lakon), penonton harus memiliki pengetahuan akan tokoh-tokoh wayang yang bayangannya tampil di layar.
Secara umum wayang mengambil cerita dari naskah Mahabharata dan Ramayana, tetapi tak dibatasi hanya dengan pakem (standard) tersebut, ki dalang bisa juga memainkan lakon carangan (gubahan). Beberapa cerita diambil dari cerita Panji.
Pertunjukan wayang kulit telah diakui oleh UNESCO pada tanggal 7 November 2003, sebagai karya kebudayaan yang mengagumkan dalam bidang cerita narasi dan warisan yang indah dan berharga ( Masterpiece of Oral and Intangible Heritage of Humanity ). Wayang kulit lebih populer di Jawa bagian tengah dan timur.
SEJARAH AWAL WAYANG KULIT
Sejarah asal usul wayang dianggap sudah hadir semenjak 1500 tahun sebelum Masehi. Wayang lahir dari para cendikia nenek moyang suku Jawa di masa silam. Pada masa itu, wayang diperkirakan cuma terbuat dari rerumputan yng diikat menjadikan bentuknya masih Amat simpel. Wayang dimainkan dalam ritual pemujaan roh nenek moyang dan dalam upacara-upacara istiadat Jawa.
Pada periode selanjutnya, penggunaan bahan-bahan lain semisal kulit binatang buruan ataupun kulit kayu mulai dikenal dalam pembuatan wayang. Adapun wayang kulit tertua yng pernah didapati diperkirakan berasal dari abad ke 2 Masehi.
Perkembangan wayang terus terlaksana. Cerita-cerita yng dimainkan pun kian berkembang. Adapun masuknya agama Hindu di Indonesia pun sudah menambah khasanah kisah-kisah yng dimainkan dalam pertunjukan wayang. Kisah Mahabrata dan Ramayana adalah 2 semisal kisah yng menjadi favorit pada zaman Hindu Budha di masa itu.
Kedua epik ini dinilai lebih menarik dan mempunyai kesinambungan cerita yng unik menjadikan pada abad ke X sampai-sampai XV Masehi, kedua kisah ini dia malahan yng menjadi cerita utama dalam setiap pertunjukan wayang.
Kesukaan masyarakat Jawa pada seni pertunjukan wayang pada masa yang telah di sebutkan pula berpengaruh terhadap proses penyebaran agama Islam di tanah Jawa. Sunan Kalijaga misalnya, disaat beliau berdakwah, beliau akan menggelar pertunjukan wayang dan memainkannya bagi atau bisa juga dikatakan untuk berusaha mendatangkan tidak sedikit orang datang.
Dalam pertunjukan itu, beliau menyisipkan pesan moril dan dakwah islam secara perlahan agar masyarakat yng mayoritas masih memeluk Hindu dan Budha itu tertarik bagi atau bisa juga dikatakan untuk mengetahui Islam lebih dalam.
Dari perkembangannya, pertunjukan wayang pula mulai diiringi yang dengannya segala perlengkapan alat musik tradisional gamelan dan para sinden. Kedua pelengkap ini dihadirkan Sunan Kalijaga bagi atau bisa juga dikatakan untuk menambah semarak pertunjukan wayang menjadikan lebih menarik bagi atau bisa juga dikatakan untuk di tonton.
Wayang kini kian dikenal. Beberapa jenis wayang pula telah dikembangkan bagi atau bisa juga dikatakan untuk memperkaya khasanah dunia perwayangan. Beberapa semisal wayang yang telah di sebutkan misalnya wayang golek, wayang orang, Wayang Kulit, Wayang Kayu, Wayang Orang, Wayang Rumput, dan Wayang Motekar.
DI MASA WALISONGO
Para Wali songo di Jawa, sudah membagi wayang menjadi tiga. Wayang Kulit di timur, wayang wong di jawa tengah dan wayang golek di Jawa barat. Adalah Raden Patah dan Sunan Kali Jaga yang berjasa besar. Carilah wayang di Jawa Barat, golek ono dalam bahasa jawi, sampai ketemu wong nya isi nya yang di tengah, jangan hanya ketemu kulit nya saja di Timur di wetan wiwitan.
Mencari jati diri itu di Barat atau Kulon atau kula yang ada di dalam dada hati manusia. Maksud para Wali terlalu luhur dan tinggi filosofi nya. Wayang itu tulen dari Jawa asli, pakeliran itu artinya pasangan antara bayang bayang dan barang asli nya. Seperti dua kalimah syahadat.
Adapun Tuhan masyrik wal maghrib itu harus di terjemahkan ke dalam bahasa jawa dulu yang artinya wetan kawitan dan kulon atau kula atau saya yang ada di dalam. Carilah tuhan yang kawitan pertama dan yang ada di dalam hati manusia.
Demikian juga saat masuknya Islam, ketika pertunjukan yang menampilkan “Tuhan” atau “Dewa” dalam wujud manusia dilarang, munculah boneka wayang yang terbuat dari kulit sapi, di mana saat pertunjukan yang ditonton hanyalah bayangannya saja. Wayang inilah yang sekarang kita kenal sebagai wayang kulit. Untuk menyebarkan Islam, berkembang juga wayang Sadat yang memperkenalkan nilai-nilai Islam.
Itulah sedikit gambaran asal usul wayang kulit.
Wayang kulit dimainkan oleh seorang dalang yang juga menjadi narator dialog tokoh-tokoh wayang, dengan diiringi oleh musik gamelan yang dimainkan sekelompok nayaga dan tembangyang dinyanyikan oleh para pesinden. Dalang memainkan wayang kulit di balik kelir, yaitu layar yang terbuat dari kain putih, sementara di belakangnya disorotkan lampu listrik atau lampu minyak (blencong), sehingga para penonton yang berada di sisi lain dari layar dapat melihat bayangan wayang yang jatuh ke kelir.
Untuk dapat memahami cerita wayang (lakon), penonton harus memiliki pengetahuan akan tokoh-tokoh wayang yang bayangannya tampil di layar.
Secara umum wayang mengambil cerita dari naskah Mahabharata dan Ramayana, tetapi tak dibatasi hanya dengan pakem (standard) tersebut, ki dalang bisa juga memainkan lakon carangan (gubahan). Beberapa cerita diambil dari cerita Panji.
Pertunjukan wayang kulit telah diakui oleh UNESCO pada tanggal 7 November 2003, sebagai karya kebudayaan yang mengagumkan dalam bidang cerita narasi dan warisan yang indah dan berharga ( Masterpiece of Oral and Intangible Heritage of Humanity ). Wayang kulit lebih populer di Jawa bagian tengah dan timur.
SEJARAH AWAL WAYANG KULIT
Sejarah asal usul wayang dianggap sudah hadir semenjak 1500 tahun sebelum Masehi. Wayang lahir dari para cendikia nenek moyang suku Jawa di masa silam. Pada masa itu, wayang diperkirakan cuma terbuat dari rerumputan yng diikat menjadikan bentuknya masih Amat simpel. Wayang dimainkan dalam ritual pemujaan roh nenek moyang dan dalam upacara-upacara istiadat Jawa.
Pada periode selanjutnya, penggunaan bahan-bahan lain semisal kulit binatang buruan ataupun kulit kayu mulai dikenal dalam pembuatan wayang. Adapun wayang kulit tertua yng pernah didapati diperkirakan berasal dari abad ke 2 Masehi.
Perkembangan wayang terus terlaksana. Cerita-cerita yng dimainkan pun kian berkembang. Adapun masuknya agama Hindu di Indonesia pun sudah menambah khasanah kisah-kisah yng dimainkan dalam pertunjukan wayang. Kisah Mahabrata dan Ramayana adalah 2 semisal kisah yng menjadi favorit pada zaman Hindu Budha di masa itu.
Kedua epik ini dinilai lebih menarik dan mempunyai kesinambungan cerita yng unik menjadikan pada abad ke X sampai-sampai XV Masehi, kedua kisah ini dia malahan yng menjadi cerita utama dalam setiap pertunjukan wayang.
Kesukaan masyarakat Jawa pada seni pertunjukan wayang pada masa yang telah di sebutkan pula berpengaruh terhadap proses penyebaran agama Islam di tanah Jawa. Sunan Kalijaga misalnya, disaat beliau berdakwah, beliau akan menggelar pertunjukan wayang dan memainkannya bagi atau bisa juga dikatakan untuk berusaha mendatangkan tidak sedikit orang datang.
Dalam pertunjukan itu, beliau menyisipkan pesan moril dan dakwah islam secara perlahan agar masyarakat yng mayoritas masih memeluk Hindu dan Budha itu tertarik bagi atau bisa juga dikatakan untuk mengetahui Islam lebih dalam.
Dari perkembangannya, pertunjukan wayang pula mulai diiringi yang dengannya segala perlengkapan alat musik tradisional gamelan dan para sinden. Kedua pelengkap ini dihadirkan Sunan Kalijaga bagi atau bisa juga dikatakan untuk menambah semarak pertunjukan wayang menjadikan lebih menarik bagi atau bisa juga dikatakan untuk di tonton.
Wayang kini kian dikenal. Beberapa jenis wayang pula telah dikembangkan bagi atau bisa juga dikatakan untuk memperkaya khasanah dunia perwayangan. Beberapa semisal wayang yang telah di sebutkan misalnya wayang golek, wayang orang, Wayang Kulit, Wayang Kayu, Wayang Orang, Wayang Rumput, dan Wayang Motekar.
DI MASA WALISONGO
Para Wali songo di Jawa, sudah membagi wayang menjadi tiga. Wayang Kulit di timur, wayang wong di jawa tengah dan wayang golek di Jawa barat. Adalah Raden Patah dan Sunan Kali Jaga yang berjasa besar. Carilah wayang di Jawa Barat, golek ono dalam bahasa jawi, sampai ketemu wong nya isi nya yang di tengah, jangan hanya ketemu kulit nya saja di Timur di wetan wiwitan.
Mencari jati diri itu di Barat atau Kulon atau kula yang ada di dalam dada hati manusia. Maksud para Wali terlalu luhur dan tinggi filosofi nya. Wayang itu tulen dari Jawa asli, pakeliran itu artinya pasangan antara bayang bayang dan barang asli nya. Seperti dua kalimah syahadat.
Adapun Tuhan masyrik wal maghrib itu harus di terjemahkan ke dalam bahasa jawa dulu yang artinya wetan kawitan dan kulon atau kula atau saya yang ada di dalam. Carilah tuhan yang kawitan pertama dan yang ada di dalam hati manusia.
Demikian juga saat masuknya Islam, ketika pertunjukan yang menampilkan “Tuhan” atau “Dewa” dalam wujud manusia dilarang, munculah boneka wayang yang terbuat dari kulit sapi, di mana saat pertunjukan yang ditonton hanyalah bayangannya saja. Wayang inilah yang sekarang kita kenal sebagai wayang kulit. Untuk menyebarkan Islam, berkembang juga wayang Sadat yang memperkenalkan nilai-nilai Islam.
Itulah sedikit gambaran asal usul wayang kulit.
0 Response to "Asal Usul Wayang Kulit, Kesenian Jawa Timur"
Post a Comment