Kisah Nyata..!! Kehilangan Anak kesayangan Karena Pesugihan Tuyul




Apalah arti hidup bergelimang harta jika didapat dengan cara yang tidak halal. Apalagi jika dikemudian hari harta yang melimpah itu akan menyiksa lahir batin tanpa batas waktu.

Kisah Cerita Nyata Badan Kurus Menyusui Tuyul

Sebut saja namanya Muna, meski di masa mudanya kaya raya, ia tidak terlihat sumringah atau segar bila dipandang mata. Padahal ia sebenarnya bisa makan enak, membeli berbagai macam pakaian dan perhiasan bisa dilakukan dengan mudah. Namun, di usianya yang belum tua, ia justru terlihat ringkih seperti orang yang tengah sakit-sakitan. Perihal itu, tidak banyak orang yang tahu jika ia sebenarnya penganut pesugihan sejenis tuyul yang setiap malam minta disusuinya.

Pada saat di hari tuanya, bahkan Muna terlihat semakin renta saja. Tak hanya tubuhnya, penglihatan dan pendengarannya juga tidak begitu jelas. Karena itu jika berbicara dengannya harus ekstra keras yang disertai dengan menggunakan bahasa isyarat untuk memudahkan wanita tua ini menangkap maksud pembicaraan. Kini di hari tuanya, Muna hidup sebatang kara si sebuah desa di Tulungagung, yang berbatasan dengan Kabupaten Blitar, Jawa Timur.



Penulis mengetahui keberadaan Muna dan jauh-jauh datang ke tempat tinggalnya setelah seorang rekan mengirimkan sebuah pesan yang isinya cukup menarik untuk ditelusuri. Yakni mengenai kehidupan wanita ini yang katanya pernah menganut sebuah pesugihan tuyul yang diperolehnya di daerah Tulungagung, yakni di Makam Ngujang , Ngantru.

Tapi, saat Muna ditemui, ia mulanya menolak permintaan mengobrol mengenai masa lalunya yang kelam tersebut. Berkali-kali ia mengatakan bahwa itu masa lalu, tidak perlu diingat-ingat lagi. Seorang rekan yang sudah beberapa kali mengunjungi nenek tua ini mengatakan bahwa harus cukup sabar untuk bisaa menggali cerita darinya.

Rekan yang mantan wartawan itu sebenrnya sudah banyak menggali informasi mengenai masa lalu nenek tua itu. Tapi, untuk meyaknkan penulis, ia minta untuk menanyakan sendiri atau barangkali ada data-data yang masih kurang lengkap untuk digali lagi dari nenek muna tersebut.

Menurut rekan yang mantan wartawan itu, muna terpaksa melakukan pesugihan tuyul sebab hidupnya selalu didera kemiskinan. Kakek neneknya miskin, begitu juga ibu dan bapaknya. Bahkan ketika muna muda ini menikah ia justru mendapatkan seorang suami yang berasal dari keluarga miskin. Yang lebih menyakitkan, suaminya itu ternyata seorang pemalas dan suka main judi. Perihal hobi suaminya ini, Muna sering dibuat sakit hati. Tak hanya sakit hati akibat jarang diberi uang belanja, uang hasil kerjanya sendiri terkadang masih saja dirampasnya.



Konon, karena gelap mata jarang diberi nafkah, bahkan mungkin dalam beberapa minggu tidak pernah dikasih uang belanja oleh suaminya, Muna mendatangi Makam Ngujang, yang ada di Kecamatan Ngantru, Tulungagung, yang jaraknya cukup jauh dari tempat tinggalnya. Untuk itu, ia harus terpaksa menitipkan anak laki-lakinya yang baru berumur sekitar sembilan tahun pada orangtua kandungnya.

Mulanya, ia tak bermaksud untuk memuja pesugihan. Ia hanya ingin datang saja ke makam itu, setelah mendengar cerita dari orang-orang bahwa sudah banyak yang berhasil setelah berziarah ke situ. Selain itu, ia mengaku lebih tenang saat berada di makam itu. Ia seperti menemukan tempat yang damai di situ. Entahlah, apakah karena pengaruh kekuatan gaib yang ada di situ atau memang akibat suasana yang memang mendukung, yakni sejuk sebab banyak pepohonan yang ada di tempat itu.

Tak sekali saja Srikaya mendatangi makam itu. Muna sendiri lupa sampai berapa kali mendatangi makam itu, mungkin pula sudah berkali-kali. Meski sudah sering mendatangi makam itu, namun tidak ada tanda-tanda apa yang menjadi keinginannya akan bisa terkabul. Ia masih sering kekurangan dan pekerjaannya yang serabutan masih pula dijalaninya.

Sampai pada suatu malam, setelah siangnya baru mendatangi Makam Ngujang, dalam tidurnya Muna didatangi seorang anak gundul yang ingin kut dengannya. Karena merasa kasihan, Muna akhirnya menuruti keinginan anak kecil yang berkepala plontos itu.

Namun, di tengah jalan bocah itu minta air susunya. Muna mengiyakan begitu saja, tapi saat bocah itu menyedot air susunya, bocah tersebut seperti tidak ada habis-habisnya meminumnya. Karena merasa sakit, Muna akhirnya terbangun dari tidurnya. Muna kaget, sebab mimpi itu seperti nyata. Mimpi itu katanya jelas sekali, sampai-sampai ia gemetaran dan tubuhnya berkeringat dan keadaannya berantakan seperti orang yang memang baru saja menyusui anaknya.

Besoknya, Muna kembali bermimpi. Tapi, kali ini mimpinya didahului dengan menyusui anak kandungnya sendiri, tapi saat itu tiba-tiba ada bocah lain yang ingin menyusu padanya. Berkali-kali Muna mimpi seperti itu. Sampai akhirnya ia sendiri yakin jika ada makhluk lain yang mengikutinya, yakni makhluk gaib kecil ang brtelanjang dan berkepala plontos, yang mungkin sejenis tuyul.

Jika sebelumnya bocah gundul itu datang seperti dalam mimpi, kini Muna mengaku melihat dengan jelas kelebatnya. Bahkan terkadang, ia seperti mengintip atau memperhatikan Muna. Ia seperti tahu dan mendengarkan apa-apa yang diucapkan Muna. Pada saat itulah Muna iseng-iseng menyuruhnya melakukan ini dan itu dan ternyata bocah itu menurutinya. Perintah ini dan itu, salah satunya adalah mencarikan Muna uang yang entah uang itu didapatnya dari mana oleh bocah gundul itu. Mungkin juga mencuri milik orang-orang kaya. Meski begitu, katanya uang yang diperoleh bocah itu tidak pernah banyak, hanya beberapa lembar uang puluhan ribu. Meski begitu, hampir tiap hari Muna mendapatkannya.

Menurut Muna yang pernah diceritakan pada rekan yang mantan wartawan itu, semua itu berjalan seperti mimpi. Tidak ada perjanjian gaib antara dirinya dengan makhluk gaib penunggu makam Ngujang atau bahkan dengan bocah gundul tersebut.

Sejak itulah, tak butuh waktu lama, kehidupan wanita itu berangsur-angsur membaik. Ia tidak lagi menjadi buruh serabutan. Ia mulai membuka usaha kecil-kecilan. Dari usaha kecil-kecilan yang dirintisnya di pasar, yakni berjualan alat-alat dapur, usaha wanita itu cepat sekali perkembangannya. Sampai akhirnya Muna mempunyai stand di pasar yang dibeli dari uang tabungannya. Anehnya, jumlah tabungannya itu lebih besar dari perkiraannya. Mengenai hal itu, mungkin uang itu ditambahi dari makhluk kecil yang gundul tersebut.

Tak hanya sekedar punya, lambat laun kehidupan Muna benar-benar bergelimang harta benda. Dengan kekayaan itu, Muna sebenarnya bisa melakukan apa saja. Membeli pakaian yang bagus, perhiasan, makanan yang nikmat dan lezat, dan berbagai hal yang menyenangkan. Tapi, ada pandangan yang sungguh-sungguh mengiris hati, yakni meski bisa makan enak, pakaian mewah dan memakai perhiasan yang mahal, aura wajah Muna tidak menampakkan suatu yang membahagiakan. Wajah wanita itu redup, seperti ada sesuatu yang menutupi.

Tubuhnya kurus kering seperti orang yang sedang menderita sesuatu penyakit tertentu, tidak ada yang tahu jenis penyakit apa yang sedang diderita wanita ini. Meski begitu ada isu yang mengatakan jika wanita ini setiap malam menyusui makhluk gaib yang bernama tuyl. Karena disedot oleh tuyul yang minumnya banyak inilah wanita ini badannya kurus kering.

SEpuluh tahun berikutnya, setelah Muna mendapatkan kekayaan seperti yang menjadi keinginannya, cobaan itu mulai datang menerpa. Suaminya yang pemalas dan hobinya yang hanya main judi, selingkuh dengan wanita lain. Padahal uang untuk judi dan selingkuh itu justru didapatnya dari memeloroti atau diam-diam mengambil dari usaha istrinya. Muna yang marah dan menganggap lelaki itu tidak tahu diri akhirnya menceraikannya.

Setahun berikutnya, cobaan itu datang lagi, anak tunggalnya yang menginjak remaja mengalami kecelakaan di jalan raya sampai akhirnya meninggal seketika di tempat kejadian perkara. Ditinggal suami, wanita ini pada waktu itu masih bisa menahan kesedihannya. Tapi, kehilangan anak tunggalnya, sampai berbulan-bulan lamanya Muna tak bisa menyembunyikan rasa sedihnya.

Lamban laun namun pasti, kekayaan wanita itu mulai merosot sedikit demi sedikit. Usaha perdagangan yang dilakukannya banyak mengalami kendala dan akhirnya menemui kegagalan. Kepada rekan yang mantan wartawan itu, Muna sempat mengaku jika ia sama sekali tidak ada perjanjian gaib dengan penunggu makam Ngujang mengenai tumbal atau lain sebagainya. Muna sendiri tidak tahu, apakah meninggalnya anaknya akibat diambil penguasa gaib Makam Ngujang sebagai tumbal atau memang murni kecelakaan.

Meski tak juga mau bercerita panjang lebar mengenai masa lalunya pada penulis, wanita ini sempat juga mengaku jika ia tidak mau lagi didatangi bocah gundul yang menurut perkiraannya jelmaan tuyul itu. Ia tobat dan ingin meninkmati masa tuanya yang mungkin sebentar lagi akan diambil oleh Yang Maha Kuasa untuk hal-hal yang lebih bak lagi.

Baginya, sekarang ini harta benda tidak ada harganya. Sebab, selain tdak bisa menikmatinya, kekayaan itu tidak ada artinya jika ia hanya hidup sendiri dan keluargannya telah meninggalnya.
Sepulang dari menemui Muna, penulis sempat mampir di kompleks Makam Ngujang, Ngantru, Tulungagung. Sebuah makam yang dinaungi cungkup menyerupai rumah terlihat cukup dikeramatkan di antara makam-makam yang lain. Makam itu terkunci dan untuk memasukinya harus ijin juru kuncinya.

Sementara itu, di kompleks makam, di antara batu-batu nisan dan dahan-dahan pohon, puluhan kera atau monyet sibuk bergelantungan, bahkan terkadang mendekati orang yang sedang berziarah di makam ini. Konon, kera-kera ini adalah jelmaan para penganut pesugihan yang telah habis masa kontraknya.

0 Response to "Kisah Nyata..!! Kehilangan Anak kesayangan Karena Pesugihan Tuyul"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel